Kamis, 08 Januari 2009

kesalahan dan kegagalan


Kesalahan, kegagalan, dan sejenisnya seringkali menjadi sebuah momok yang menghalangi seorang manusia untuk berkembang. Saat kita menghadapi suatu tantangan, yang sering terbayang adalah rasa takut akan gagal, sehingga membuat selalu takut berbuat salah. Akibatnya adalah keragu-raguan untuk mencoba sesuatu yang baru, yang belum pernah kita lakukan, sehingga membuat kita statis, tetap di tempat, dan tidak berkembang.

Sahabat…. Perlu kita fahami bersama bahwa segala sesuatu yang ada dimulai dari tidak ada, dan semua yang bisa dimulai dari tidak bisa (hal ini berlaku untuk semua kecuali Allah SWT). Apakah pemain sepak bola legendaris sekelas maradona sudah bisa bermain sepak bola sejak lahir? Apakah pembalap F-1 legendaris sekelas Michael Schumacher sudah mampu menyetir mobil F-1 sehebat itu tanpa belajar? Inilah yang harus kita renungkan. Bisa jadi selama ini kita tidak bisa melakukan sesuatu bukan karena kita tidak mampu, namun kemauan yang keras dan keberanian untuk gagal belum tertanam dalam diri kita. Kesalahan dan kegagalan adalah hal yang wajar dan itu adalah hak bagi setiap orang yang sedang dalam proses belajar. Tanpa kegagalan, maka kita tidak belajar. Tanpa kesalahan, maka tidak ada introspeksi dan evaluasi sehingga tidak ada perbaikan ke arah yang lebih baik. Lampu pijar tidak akan tercipta dari tangan Thomas Alva Edison tanpa kegagalan yang dibuatnya sebanyak 1000 kali. Seringkali kita menjadi seperti penambang emas yang sudah menggali tanah begitu dalam, karena tidak kunjung menemukan, maka sang penggali menyerah. Padahal ia tidak tahu bahwa emas yang dicarinya sudah tinggal beberapa sentimeter di bawahnya.

Bukankah kesalahan dan kegagalan menimbulkan sebuah pengorbanan? Uang habis, waktu terbuang, tenaga tersia-siakan. Sahabat…. Adalah sesuatu yang sangat wajar saat kita ingin mendapatkan sesuatu, maka kita harus mengorbankan sesuatu juga. Begitu pula dalam proses belajar. Jika ingin menjadi lebih baik, pengorbanan itu adalah sesuatu yang wajib dilakukan. Jika tidak mau berkorban, jangan harap menjadi lebih baik, karena tanpa pengorbanan, maka tidak ada proses belajar. Namun yakinlah…. Pengorbanan yang kita keluarkan untuk belajar, walau gagal, tidaklah menjadi sesuatu yang sia-sia, karena dengan kegagalan kita bisa mengevaluasi diri sehingga terjadi perbaikan. Jadi, pengorbanan kita bukan untuk membayar kegagalannya, namun untuk membayar proses belajarnya. Itulah yang telah dicontohkan oleh pejuang kemerdekaan indonesia di masa lalu, yang bahkan harus membayar dengan nyawanya demi kemerdekaan Indonesia, dimana perjuangan para pahlawan menemui kegagalan demi kegagalan hingga akhirnya Indonesia berhahil menjadi negara yang mandiri pada 17 Agustus 1945. Pada kenyataannya, para pahlawan yang gugur tidaklah gugur dengan sia-sia, karena setiap nyawa yang dikorbankan memberikan inspirasi kepada pejuang lain untuk terus maju, tidak kenal menyerah, dan pantang mundur.

Dari ilustrasi di atas, dapat kita lihat bahwa sesungguhnya sebuah kesalahan atau kegagalan tidak membuat kita rugi, namun sebaliknya, membuat kita untung. Karena menambah kesempatan kita untuk belajar dan berkembang menjadi lebih baik, minimal tidak mengulangi kesalahan yang sama di lain waktu. Tinggal bagaimana kita mengubah Mindset kita tentang makna kesalahan dan kegagalan itu sendiri. Saat kita bisa memaknai kesalahan dan kegagalan sebagai invertasi, maka di situlah kita menjadi seorang pembelajar sejati

Tidak ada komentar: